Postingan

KETIKA SENJA DIBENCI

Tidakkah senja menjadi indah seperti biasanya? Tidakkah cahaya langit senja menghangatkan seperti biasanya? Tidakkah senja menjadi waktu favorit untuk bersenda gurau? Aku benci senja Benci sebenci bencinya Semburat jingga itu bagai warna terburuk Suasana hangat tak lagi bersahabat Kebahagiaanku terhapus seiring tenggelamnya mentari Sekarang aku benci senja Tak sepertimu Menyukai senja seperti insan-insan lain Kenangan yang kau bingkai di saat senja Malah aku kubur sedalam samudera Ingin rasanya berteriak "AKU MEMBENCIMU" Senja tidak akan berbuat apa-apa Hanya mengantarkan aku ke malam yang lelah Bahkan ia tidak sadar, aku tidak menyukainya Kenangan tentang senja Bagai jelaga hitam yang tetap tertanam dalam hati Ingin kuhapus, tapi sulit Dan kau menjadi satu alasan Mengapa aku berusaha tidak membenci senja Maaf jika ini berlebihan, senja Tak sepatutnya begini Namun, apa yang harus dilakukan seseorang yang tiba-tiba membencimu?

i k a t h a r a p

ingin balik rasanya ke masa di mana awan jadi sahabat pelangi dengan senyum menyapa yang mereka sebut mimpi-mimpi hebat ingin pula kuingat rasa-rasa tidak pernah penat hati diingatkan untuk kerap rehat tanpa beban dipikul berat aku rindu sebelum ini semua menjerat di naungan gedung bundar di tengah hamparan rumput hijau raga ini menyadari ada yang tak kuat bertahan dan tak bisa memaksa ketika hati tumbuh dewasa mengekang semua perilaku mengandalkan di mana kenyataan dirilah yang bertanggungjawab atas segala pilihan dan kecewa seringkali menghampiri menjadi sahabat di kala sepi dan doa jadi teman sehari-hari yang tak pernah luput dari mulut dan hati sudah saatnya asa digantungkan pada diri ini harap dan cemas dari mereka yang menganggap insan ini berarti dan kuat menjadi tumpuan hidup dunia Tuhan, berikanlah kesabaran pada hambamu dan kekuatan untuk menjalani segala qada dan qadar-Mu

selamat !

selamat! genap sudah delapan belas kali mengulang hari ini di hidupmu dengan balutan kasih sayang bundamu, dan belaian rasa bangga ayahmu membahagiakan sekali rasanya, bukan? selamat! telah banyak sekali pencapaianmu yang membuat mereka haru kata mereka, rasa syukur bisa memilikimu meskipun rasanya belum ada apa-apa bahkan tak sampai tangan ini pada asa di angkasa ah, tapi lihatlah mereka tersenyum merona! sampai wajah dihadapkan dengan berbagai pilihan dan ujian sudah sampai sini, harus mampu berdikari kadang gagal pun sering kali menghampiri dan jiwa paham harus apa setelah ini sabar, lalu bangkit dan berdiri kembali selamat! rupanya dunia ramah menerimamu selama hampir dua dekade ini jangan bikin ia menyesal ya! lanjutkan hati baikmu, bahagiakan sekitarmu semua sudah percaya, tinggal kamu percaya! berjalan berwibawa dan bersenyawa dalam asamu selamat! tidak ada harap selain yang terbaik. 27-12-2019 00.22.45

sudah lama

sudah lama rupanya laman ini haus akan aksara lapar akan harapan, jenuh akan kesunyian aku kembali; menaruh seribu asa dan meninggalkan sejuta duka berjumpa pada klausa tak berujung dan tak bertuan ya, tapi itu dahulu ketika ia belum datang dan masih pada peraduannya aksaraku hanya segelintir hal abu-abu layaknya sebutir debu kelihatannya sekarang tak begitu lagi laman ini akan penuh dengan samudera kata-kata ombak rasa yang kian menyapu hati yang jauh dari lara lebih bermakna, karena mereka tahu kemana harus pulang karena aku tahu kemana harus pulang sekarang ia sudah tiba dengan sinarnya yang merekah membawa kebahagiaan dan semangat di tiap pembuka hari merangkai tawa, membalas datangnya angin asa dengan hangat senyumnya meredakan letihnya petang dan menyuruhnya beristirahat olehnya, aksara sudah bertuan makna sudah membangun dirinya sendiri dan memberi energi untuk berjalan menuju tujuan yang tidak mungkin tersesat kini laman ini tidak lagi sendu dan sunyi k

berbincang dengan malam

sunyi menemaniku yang masih terjaga tetap begelayut pada kata-kata yang tiada sirna angin pun tak mau kalah, katanya menyusupi dinginnya malam ke sela tulang dada tidak, ini belum tengah malam sepuluh menit lagi, coba saja terpejam suara teman kecil sudah berdendang dalam kelam hai, malam temani aku bergulat dengan puisi ajari aku jauhkan ilusi bimbing aku cari imajinasi larang aku bertengkar dengan emosi dengar aku, malam? pusing memikirkan hal yang tabu dalam lautan kamu yang mengkamu-kamu isi hatiku hanya satu yang tetap berpacu kamu, siapa lagi yang tak tahu malu? aku senang, malam, tapi sedih puisiku, kini benar-benar jam dua belas malamku, kini benar-benar semakin keras otakku, kini benar-benar tak bisa lepas kamu, duhai malam 11.50 p.m

Pergi

Pada retak aku rasakan hancur Pada hati pula kurasakan kecewa Di hujan pilu dari awan hitam kelam Perlukah aku menyesal? Di saat rintik hujan mengenai batas harap Bak kertas yang basah Robek; Runtuh sudah bangunan ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan Dan sekarang telah pasti Jatuh, perih, luka, terbaring Sendiri kujalan kembali Di jalan yang belum pernah aku singgahi Aku pergi.

Diam

Diam Diam, diam, dalam diam Puasa kata beribu malam Akankah diam ini menyelimuti malam? Tak lagi menunggu matahari terbenam Di sini tetap diam Memandang kelam Yang tidak lagi temaram Diam, diam, dalam diam Di kala rinduku tenggelam Bersama asa yang sudah buram Di penghujung malam Tuhan, kabulkan doaku di hati yang terdalam

Satu Bintang di Langit Kelam

Gambar
Sadarkah kalian akan pesan dari semesta? Nyanyian dari angkasa, tarian dari samudera, dan seruan dari bumi. Luapan tangis hujan, terpaan sepoi angin, silauan sinar mentari, hingga gugusan rasi bintang. Semesta telah berkorban. Menjadi pentas di mana berlangsungnya permainan berjuta makhluk; sandiwara. Menjadi saksi betapa baik atau buruknya suatu penampilan. Tak jarang, semesta pula mempermainkan yang sedang bermain, akibat dari tidak berbalas budinya sesosok makhluk paling sempurna; manusia. Tidak mensyukuri segala yang ada dan tidak pernah merasa cukup. Semesta sedih. Namun, ia menutupi kenestapaannya (walaupun sesekali menunjukkan). Hingga suatu malam, tidak ada nyanyian dari angkasa, tarian dari ombak samudera, bahkan gugusan bintang kecil. Angkasa tanpa pesan. Gelap; tidak lagi temaram; kelam. Semua bagaikan tidak mau melaksanakan tugasnya—tetap di peraduan. Lelah. Namun, di setiap kehidupan pasti ada sosok yang bijaksana. Tidak perlu jut