Satu Bintang di Langit Kelam


Sadarkah kalian akan pesan dari semesta? Nyanyian dari angkasa, tarian dari samudera, dan seruan dari bumi. Luapan tangis hujan, terpaan sepoi angin, silauan sinar mentari, hingga gugusan rasi bintang.

Semesta telah berkorban.
Menjadi pentas di mana berlangsungnya permainan berjuta makhluk; sandiwara.
Menjadi saksi betapa baik atau buruknya suatu penampilan.

Tak jarang, semesta pula mempermainkan yang sedang bermain, akibat dari tidak berbalas budinya sesosok makhluk paling sempurna; manusia.
Tidak mensyukuri segala yang ada dan tidak pernah merasa cukup.

Semesta sedih. Namun, ia menutupi kenestapaannya (walaupun sesekali menunjukkan).

Hingga suatu malam, tidak ada nyanyian dari angkasa, tarian dari ombak samudera, bahkan gugusan bintang kecil.

Angkasa tanpa pesan.

Gelap; tidak lagi temaram; kelam. Semua bagaikan tidak mau melaksanakan tugasnya—tetap di peraduan.

Lelah.

Namun, di setiap kehidupan pasti ada sosok yang bijaksana. Tidak perlu jutaan, hanya satu. Satu titik yang membuat langit sedikit bercahaya. Tidak seterang bulan, apalagi matahari. Tetapi ia tidak ingin membuat angkasa nampak menyedihkan bagi manusia.

Bintang. Hanya bintang, bukan bintang-bintang.

Satu bintang di langit kelam, yang nampak, yang dikenang.

Komentar

Posting Komentar